|
|
Selamat datang, Tamu yang belum registrasi · RSS |
|
04 May 2024, 09:47:59 Singapore Time |
|
14:54:28
Ada Apa dengan Rokok? |
|
iSeseorang dikatakan perokok jika selama ini telah menghisap minimal 100 batang rokok. Rokok merupakan dilema karena disatu sisi menimbulkan kerugian pada kesehahatan, sedangkan disisi lain menjadi pemasok cukai yang cukup besar bagi negara.
Secara global, konsumsi rokok dapat membunuh 1 orang setiap 10 detik. WHO memperkirakan pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan utama di banyak negara. Kebiasaan merokok dianggap menjadi entry point pada penyalahgunaan narkotika dan bahan berbahaya lainnya (seperti narkoba).
Fenomena lain yang juga harus diperhatikan adalah para perokok pasif, yaitu orang yang tidak merokok namun tercemar oleh asap rokok. Pencemaran tersebut dapat terjadi di rumah, ruangan kantor, lalu lintas dan tempat umum lainnya. Survei membuktikan lebih dari 90% perokok aktif mengaku merokok dalam rumah ketika bersama anggota keluarga, sehingga 70% penduduk Indonesia berumumur 0-14 tahun telah terpapar oleh asap rokok sejak lahir (perokok pasif). Informasi ini menunjukkan betapa besarnya prevalensi perokok pasif dengan akibat yang lebih parah lagi.
Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya bersifat racun. Antara lain karbon monoksida (GO) dan polycylie aromatic hydrocarbon yang mengandung zat-zat pemicu terjadinya kanker (seperti kandungan tar, henzopyrenos, vinyl chlorida dan nitrso-nor-nicotine). Di samping itu, nikotin dapat menimbulkan ketagihan, baik pada perokok aktif, maupun perokok pasif. Para perokok aktif dan pasif beresiko terkena batuk dengan sesak nafas 6,5 kali banyaknya dibanding yang bukan perokok. Industri rokok selalu menyangkal bukti-bukti epimilogis tentang dampak merokok pada kesehatan manusia.
Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan pada dosis tinggi beracun. Zat ini hanya ada dalam tembakau. Sifatnya sangat adiktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf. Dalam jangka yang panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi agar mencapai kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti. Survei pada anak-anak sekolah berusia 3-15 tahun di Jakarta menunjukkan bahwa lebih dari 20% adalah perokok tetap dan 80% diantaranya ingin berhenti merokok tetapi tidak berhasil.
|
Kategori: Karya Pelajar |
Dilihat: 426 |
Ditambahkan: nidyaceem
| Peringkat: 0.0/0 |
Pengguna dapat menambahkan komentar setelah terdaftar. [ Registrasi | Masuk ]
|