[Fimot]


  • Profil LinkedIn
  • Profil Twitter
  • Tanya lewat Facebook
  • Kembali ke halaman depan
  • Registrasi Anggota Baru
  • LOGIN (Masuk)
  • Buku Tamu
  • Bank Soal Online
  • Cari Data Bank Indonesia
  • Download Contoh Spreadsheet
  • Download E-book/Data
  • Forum Diskusi
  • Games Online
  • Kisi-kisi UAN/UASBN
  • Monitor Finansial
  • Video Tutorial
  • Entri Open Source
  • Pencarian Kata Kunci
  • Frequently Asked Questions (FAQ)
Pengunjung HITS

Informasi Kurs

Kurs KMK / Pajak
18 May 2024:

Data Forex Dunia:

15 Indeks Saham Asia

Bursa Efek Indonesia



Mailing list BEI investor club

IGSYC

Tautan Eksternal





Harga Logam Mulia


Pooling online:

Dialog Pengunjung


200


Selamat datang, Tamu yang belum registrasi · RSS 18 May 2024, 15:18:03 Singapore Time

» Artikel » Ekonomi

18:38:42
Dampak cost model vs. fair value model terhadap financial modeling.

Bagi financial modeler dan analis keuangan, perkembangan model nilai wajar (fair value model) saat ini menjadi suatu fenomena unik tersendiri. Bayangkan, model biaya historis (cost model) yang sudah dipakai di dunia bisnis lebih dari 300 ratus tahun akan beramai-ramai ditinggalkan dan beralih ke model baru ini. Karena akuntansi merupakan bahasa uang, maka suka atau tidak suka, sebagian besar tindakan pengambilan keputusan manajemen yang pasti harus berkaitan dengan uang akan terpengaruh dengan model akuntansi ini. Dengan kata lain, analis dan financial modeler yang hanya menguasai model lama di masa depan akan terlihat bodoh.


Model akuntansi nilai wajar (fair value accounting) lebih disukai oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) sebagai dasar yang lebih disukai untuk mengukur nilai aset, kewajiban maupun nilai transaksi. Hal ini seiring dengan semakin maraknya pelaporan keuangan berdasarkan Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) di berbagai belahan dunia. Sejak IFRS diterapkan untuk semua perusahaan publik di Uni Eropa tahun 2005 aplikasi yang benar dari nilai wajar yang konsisten dan transparan menjadi semakin penting.

Namun belum ada standar yang bisa benar-benar standar global kecuali negara Amerika Serikat sudah termasuk di dalamnya. AS sampai saat ini belum menerapkan IFRS namun masih berpegang pada buku peraturan akuntansinya sendiri yang ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB). FASB tidak mengakui nilai wajar berdasarkan konvensi IFRS. Aset menurut FASB dicatat sebesar biaya historis dan kemudian disusutkan.

Meskipun demikian IASB dan FASB telah bersama-sama mencoba untuk menyelaraskan pandangan mereka masing-masing terkait dengan standar akuntansi. Pertanyaan tentang bagaimana seharusnya aset diakui pada laporan posisi keuangan (neraca) merupakan salah satu isu penting yang harus diselesaikan. Untuk itu baik IASB dan FASB bersama-sama melakukan penelaahan menyeluruh terkait dengan konsep nilai wajar: apa artinya dan bagaimana seharusnya konsep ini diterapkan.

IASB mendefinisikan nilai wajar sebagai "jumlah yang suatu aset dapat dipertukarkan, atau kewajiban diselesaikan, antara pihak-pihak yang bersepengetahuan dalam transaksi yang wajar ("arm's length"). Artinya, nilai wajar ini tidak selalu sama dengan nilai pasar. Nilai wajar memiliki makna yang lebih luas dari nilai pasar. Dalam sebagian besar keadaan, bagaimanapun, nilai wajar secara terbaik diwakili oleh nilai pasar. Namun pada kondisi di mana nilai pasar dibuktikan tidak tersedia, maka nilai wajar ini dapat diwakili baik dengan pendekatan diskonto penghasilan (arus kas) atau didiskontokan dari pendekatan biaya penggantian.

Standar Penilaian Internasional (IVS) mendefinisikan nilai pasar sebagai: "jumlah yang seharusnya diperkirakan terjadi atas pertukaran aset  pada tanggal valuasi dimana pembeli dan penjual bersedia melakukan transaksi yang wajar ("arm's-length") dengan teknik pemasaran yang wajar dimana masing-masing telah bertindak bersepengetahuan, hati-hati, dan tanpa paksaan. Di beberapa bagian dunia (misalnya di Inggris dan negara-negara persemakmurannya) atas penjualan properti yang ditempati, model biaya pengantian (deprival value) banyak pula dipakai. Sejak tahun 1998 IASB telah menganjurkan penggunaan nilai pasar untuk properti investasi yang nilai pasarnya diketahui.

Penggunaan model nilai wajar ini akan mengubah pola/model akuntansi yang selama ini kita kenal. Pekembangan ini juga menjadi tantangan yang berat bagi profesi pendukung (seperti aktuaris, analis, financial modeler, auditor, dsb). Bagi ilmu financial modeling sendiri, tren ini pun merupakan suatu tantangan besar tersendiri. Apakah komunitas financial modeling mampu untuk membantu membuat model kuantitatif nilai wajar yang konsisten, lebih dapat diandalkan juga diperbandingkan untuk membantu pihak-pihak terkait pasar seperti komunitas keuangan, para akuntan, auditor maupun investor.
Kategori: Ekonomi | Dilihat: 790 | Ditambahkan: Adminfimod | Tags: nilai wajar | Peringkat: 0.0/0
Total komentar: 2
0  
1 dalaya   (24 January 2011 13:35:21) [Daftar komentar]
Salam kenal, senang bisa bergabung di komunitas ini.

0  
2 Adminfimod   (27 January 2011 20:28:53) [Daftar komentar]
Selamat bergabung.. hehehe.. happy

Pengguna dapat menambahkan komentar setelah terdaftar.
[ Registrasi | Masuk ]

Sabtu 18 May 2024 15:18:03 Singapore Time, Security Watch: Marco with Linux 4000cc Engine.
Pengunjung bank soal online gratis tutorial online financial modeling training jakarta financial modeling tutorial gratis bank soal online gratis tutorial online financial modeling training jakarta financial modeling tutorial gratis bank soal online gratis tutorial online financial modeling training jakarta financial modeling tutorial gratis bank soal online gratis tutorial online financial modeling training jakarta financial modeling tutorial gratis bank soal online gratis tutorial online financial modeling training jakarta financial modeling tutorial gratis Pengunjung